Friday, November 16, 2018

RESTORASI MEMBANGUN PERADABAN

Sebagai gerakan moral, restorasi langsung diafirmasikan sebagai kata kerja. Restorasi yang dipahami sebagai kata kerja tentu harus dipahami berbeda daripada restorasi sebagai kata benda atau kata sifat dan kata keterangan.

Restorasi sebagai gerak aktif dipahami sebagai tindakan reparasi untuk memperbaiki kerusakan, tindakan kurasi untuk menyembuhkan yang sakit dan terluka, tindakan rekonstruksi untuk membangun kembali yang roboh, tindakan regenerasi untuk melahirkan kembali generasi hebat yang positif dan kreatif, tindakan modernisasi untuk melayani manusia yang bergerak selaras zaman, dan berpuncak pada tindakan civilization sebagai momentum dan proses pembelajaran menjadikan manusia semakin manusiawi.

Maka, dalam konteks kehidupan berpolitik di alam demokrasi ketika partai NasDem mengambil tagline restorasi, kata itu menjadi lebih hidup dan partai NasDem terus berupaya berjuang menjalankan makna dari kata restorasi lebih dari sekedar arti leksikal sebagaimana yang tertulis dalam kamus-kamus bahasa. Kata 'restorasi' mendapatkan artinya dalam rangka inklusi sosial, keterbukaan yang rasional, sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat dan menghidupkan perdaban ke Indonesiaan yang berkeadaban, Partai NasDem menawarkan restorasi sebagai sebuah gerakan memuliakan manusia dalam sebuah restorasi humanistis, ini menjadi tonggak baru dalam literatur Indonesia, terobosan seperti ini harus diapresiasi dengan sangat positif.

Proses evaluasi kritis yang jujur bahkan oleh partai politik sangat diperlukan sebagai bagian dari pembangunan demokrasi yang berkeadaban dan partisipatoris,

Bagian terahir saya ingin katakan restorasi adalah proses perjuangan tiada henti untuk melayani manusia sebagai warga bangsa yang mulia.

Bangsa di Tengah Krisis Keteladanan


Bangsa Di Tengah Krisis Keteladanan (Selamat Hari Pahlawan)

Bangsa ini telah memiliki 179 pahlawan nasional. Jumlah yang sebenarnya lebih dari cukup sebagai sumber keteladanan bagi anak bangsa. Namun, elite kini justru lebih senang memamerkan nafsu kekuasaan dan keserakahan ketimbang berlomba-lomba untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa seperti yang ditunjukkan para pahlawan.

Bangsa ini kini hidup di era krisis keteladanan pahlawan. Padahal, semestinya dengan semakin banyak jumlah 'pahlawan resmi' semakin banyak pula pelajaran dan nilai keteladanan yang dapat diserap. Begitu banyak nilai luhur dan semangat heroisme yang mestinya bisa diambil dari para pahlawan. Akan tetapi, sekali lagi, para elite tidak juga dapat memetikny, hatiku kesal melihat ulah kalian yang terus menerus mongoyak perasaan publik dengan memainkan isu isu agama dan sebagainya.

Alih-alih mempraktikkan nilai-nilai luhur pengorbanan dan persatuan, kelompok elite malah lebih sering mempertontonkan nilai-nilai buruk keserakahan dan politik kekuasaan. Politik kebangsaan seolah haram tercatat di kamus mereka para pahlawan bangsaku. Mereka berpolitik dengan hawa nafsu bukan karena panggilan jiwa.

Demi ambisi politik, nilai-nilai persatuan kerap ditanggalkan. Perbedaan justru ditonjolkan. Politik pesimisme yang memancarkan ketakutan, ketidakpastian, dan kebohongan terus-menerus digaungkan. Politik hanya dipandang sebagai alat pragmatis meraih kekuasaan, bukan untuk menyejahterakan bangsa.

Jangankan untuk melahirkan pahlawan, untuk mengambil inspirasi dari pahlawan-pahlawan yang sudah lampau pun mereka abai. Mereka justru bersikap dan berlaku berseberangan dengan nilai-nilai kepahlawanan. Kekuasaan mereka tempatkan di posisi tertinggi, kegaduhan untuk merebutnya pun menjadi kreasi tiada henti. Saya jenuh dengan kebisingan yang dibuat.

Tuesday, October 30, 2018

Memaknai Tahun Baru Hijriah



Mari Menata Hati dengan kelembutan Cinta
Hijriyah yang asal kata Hijrah secara harfiah berarti pindah. Hijrah menjadi populer karena dipilih sebagai penanggalan dalam dunia Islam. Asal-usul hijrah diambil dari momentum perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Yatsrib lalu diubah menjadi Madinah. Dipilihnya peristiwa hijrah sebagai momentum penanggalan Islam karena beberapa pertimbangan, antara lain: dalam Alquran sangat banyak penghargaan Allah SWT bagi orang-orang yang berhijrah (al-ladzina hajaru), masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud setelah hijrah ke Madinah, dan umat Islam sepanjang zaman diharapkan selalu memiliki semangat hijriah, yaitu jiwa dinamis yang tidak terpaku pada suatu keadaan dan ingin berhijrah kepada kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya. Mari Menata Hati dengan kelembutan Cinta hidup dengan damai saling mencintai antar golongan, Ras dan Agama
Tanggal 1 Muharram 1 Hijriah bertepatan dengan 16 Juli 622 M. Penetapan Tahun Baru Hijriah ini ditetapkan langsung oleh keluarnya keputusan Khalifah Umar yang ditandai dengan keluarnya Maklumat Keamanan dan Kebebasan Beragama dari Khalifah Umar kepada seluruh penduduk Kota Aelia (Yerusalem) yang baru saja dibebaskan laskar Islam dari penjajahan Romawi pada tahun ke-17 H (638 M).
Makna hijrah Nabi tidak identik dengan perjalanan 'eksodus' yang mengisyaratkan kekalahan dan kepasrahan. Hijrah dalam Islam tidak semata-mata berkonotasi mobilitas dan transformasi fisik dari satu tempat ke tempat yang lain. Hijrah juga bisa berkonotasi nonfisik, yaitu bertransformasi dari keadaan buruk ke keadaan yang lebih baik, atau dari zona tidak aman dan tidak nyaman ke zona yang lebih aman dan nyaman.
Semangat hijrah sesungguhnya ialah penciptaan kondisi yang lebih kondusif untuk menjalankan fungsi dan kapasitas kita sebagai hamba dan khalifah di bumi. Jika di dalam suatu tempat tidak bisa atau sulit mewujudkan kedua fungsi dan peran yang diamanahkan Tuhan itu, di situ ada tantangan untuk hijrah. Akan tetapi, jika tantangan itu tidak muncul, tidak ada keharusan untuk hijrah.
Hijrahnya Nabi dan sekelompok sahabatnya ke Madinah bukan berarti pengecut, pergi ke Madinah meninggalkan umatnya di Mekah untuk mencari selamat. Hijrah bisa dimaknai mundur selangkah untuk mencapai kemenangan. Kenyataannya, di Madina Nabi berhasil membangun konsolidasi umat yang pada saatnya kembali merebut Kota Mekah dengan sangat mencengangkan. Bagaimana mungkin revolusi besar terjadi tanpa setetes darah, itulah Fathu Makkah.
Penanggalan Islam dipilih konteks hijrah Nabi, bukan milad yang sekaligus tahun kematian Nabi, bukan pula momentum turunnnya Alquran yang sekaligus pelantikannya sebagai Nabi dan Rasul. Ini membawa hikmah lebih besar bahwa konsep dan spirit hijrah sarat berisi pesan kemanusiaan. Bila di suatu tempat kemerdekaan beriman dan berekspresi sulit berkembang, dimungkinkan untuk hijrah.
Namun, tidak mesti harus hijrah fisik, tetapi bisa tetap di tempat fisik, namun suasana batin dan jalan pikiran yang harus berubah. Bagaimana mentransformasikan diri dari suatu kondisi yang tidak kondusif mengembangkan ekspresi keberimanan kita lalu hijrah ke kondisi lain yang lebih kondusif untuk hal tersebut. Dengan demikian, hijrah harus dianggap sebagai sesuatu yang berlangsung terus-menerus untuk sampai ke tarah yang lebih ideal sebagai hamba dan sebagai khalifah. Allahu a'lam.

Monday, October 29, 2018

Berebut Pemilih Milineal

Pemilu Bersahabat Berebut Pemilih Milenial
Strategi meraih kemenangan perlu dipersiapkan secara matang, terutama untuk meraih simpati dan dukungan pemilih milenial. Pemilu yang digelar pada 17 April 2019 akan menjadi ajang perebutan suara pemilih milenial. Jumlah mereka mayoritas sehingga menjadi penentu kemenangan peserta pemilu legislatif yang digelar secara bersamaan.
Kaum milenial adalah generasi yang mulai dewasa pada era milenium alias abad ke-21. Mereka lahir sekitar 1980-an. Dalam Pemilu 2019, milenial ialah pemilih yang berusia 17-38 tahun, jumlahnya sekitar 100 juta dari total daftar pemilih tetap versi Komisi Pemilihan Umum yang berjumlah lebih dari 187 juta.
Ciri utama kaum milenial ialah keakraban dan kefasihan mereka dengan teknologi berbasis digital dan internet. Mereka cenderung berpikiran terbuka dan sangat tertarik dengan gagasan baru. Mereka terbiasa hidup dengan perubahan yang cepat.
Saya Saparwadi mengajak kita semua untuk mewujudkan pesta demokrasi yang bersahabat pada Pemilu 2019, mari menjadikan pemilu benar-benar perayaan kegembiraan berdemokrasi. Demokrasi bukan perang, bukan pula permusuhan, melainkan sesungguhnya ajang adu gagasan.
Pemilu sebagai pesta demokrasi yang bersahabat tentu saja mengedepankan cara-cara bermartabat untuk meraih kemenangan. Cara-cara bermartabat itu pasti menjauhkan kita dari politik identitas, menebar kebencian, dan hoaks.
Saudaraku lawan politik dalam pemilu yang bersahabat itu ialah teman adu berpikir dan gagasan. Jika Pemilu 2019 lebih rasional, kian menjauh dari politik emosional, niscaya akan menghasilkan anggota legislatif dan pemerintahan yang berkualitas tinggi dan masyarakat tidak akan pernah terbelah. Pemilu itu cuma instrumen memilih anggota legislatif dan pada akhirnya mereka itu hanya bekerja untuk kemakmuran rakyat

Monday, October 8, 2018

INDONESIA BERGOLAK

Memasuki tahun 1998,bangsa indonesia di hadapkan oleh berbagai permasalahan. Krisis moneter yang mulai muncul sejak pertengahan tahun 1997 sudah merusak sendi sendi ekonomi nasional.
lemahnya pundamen ekonomi itu pada akhirnya berpengaruh juga pada  sektor sektor kehidupan lain secara luas.
Dampak krisis ekonomi itu serta merta mengubah kondisi masarakat. bangsa indonesia yang sejak tahun 1980-an bangsa atas keberhasilan menekan angka kemiskinan, tiba tiba kembali terpuruk ke dalam jurang kemiskinan. Implasi tinggi, harga harga melonjak, sektor usaha mengalami kemunduran drastis, jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat. pada saat yang sama, barang-barang tiba tiba raib dan langka di pasaran.
tidak heran di beberapa daerah banyak di temukan antrean panjang rakyat yang hendak membeli kebutuhan pokok, beras , gula, minyak ,goreng,dan minyak tanah pada waktu itu.
menurut data brio pusat statistik yang kemudian saat ini berubanh menjadi Badan Pusat Statistik, BPS. Penduduk miskin pada tahun 1996 berjumlah 22,5 juta orang atau11,3 persen dari total penduduk

Monday, February 13, 2017

Meneguhkan Komitmen Generasi Penerus Bangsa

     Indonesia adalah sebuah "negara paripurna, bukan sebuah , negara antara''. keparipurnaan indonesia mewujud dalam konsensus  para pendiri bangsa untuk ber-UUD 45, ber-Pancasila, ber-Bhineka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. pun demikian, keparipurnaan Indonesia bukan bersifat given, tetapi memerlukan ijtihd dan jihad kebangsaan untuk menjamin keparipurnaan itu tetap azali. dewasa ini, demokrasi tak terwujut dalam keteraturan tetapi ketakberaturan. Rumah agama dibajak angkara duniawi. bumi pertiwi bertabur intorelansi dan kegaduhan sosial dan rasial.Arena politik di sulap menjadi lapak politik dagang sapi. Ekonomi menghamba kepada kepentingan asing. Tanah air yang loh jinawi pupus oleh fakta ketidakadilan dan ketidakmerataan pembangunan. sebuah sumbangan luar biasa bagi negara pancasila, Bila saat saat ini anak anak muda secara serius berkumpul dan berkontribusi dalam mendesain "kaki kaki oprasional" pancasila, sehingga idiologi dan falsafah dasar negara kita tersebut dapat di rasakan mamfaatnya dan mempermudah akselerasi pencapaian cita cita bangsa Indonesia," yakni masarakat adil dan makmur" mendesain dan merakit kaki kaki oprasional" pancasila di segala sendi kehidupan tersebut tidaklah mudah, tetapi tidak juga sulit. yang di perlukan hanyalah sebuah "sepirit gambaru" atau ijtihad dan jihad kebangsaan dari setiap warga negara, terutama generasi muda, generasi penerus bangsa untuk memerangi berbagai "benalu" yang menghambat tumbuh kembangya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sunday, January 15, 2017

KINI AKU BERANJAK SEMESTER ENAM


Hmmm... Kumulai lagi postingan ini dengan kata galau (Namun bukan galau karena cowok yah)..!!
Kali ini saya akan membahas tentang Galau tingkat tinggi yang dihadapi oleh mahasiswa. Kira-kira menurut teman-teman mahasiswa (Mahasiswi juga yah), di masa-masa manakah kalian merasakan galau  kuliah...?? Semester 1,3,5 atau malah semester akhir.

Kalau saya, galau tingkat tinggi itu saya alami saat sekarang ini, semester V. Kuliah di kota sendiri tampaknya kurang terasa sreekkkkk...!! Kenapa yah..?? Rasanya ada yang kurang begitu.

Semester V.... Berada diantara masa-masa awal kuliah dan akhir-akhir. Pada masa ini kita berada diantara perasaan yang masih menyesal dengan nilai semester 1, 2, 3, dan 4 serta masih penasaran dengan yang akan terjadi nanti di semester 5,6,7 dan 8 nanti. Sungguh galau berada di semester ini. Syukur-syukur kalau nilai IPK kita bagus di semester yang lalu-lalu sehingga kita malah optimis menghadapi semester-semester berikutnya. Tapi kalau nilai IPK kita hancur di semeseter lalu...?? bisa-bisa kita pusing memikirkan untuk reguler bersama-sama junior kita. Huhhh.... Berdasarkan nasehat dari seorang senior yang sedang reguler di kelas saya sekarang (Namanya tak usah disebutkan), kebetulan waktu itu saya telat dan tidak di ijinkan masuk oleh seorang dosen yah jadi saya duduk-duduk saja depan kelas sambil baca novel. Senior itupun datang, dia bilang : "Dek, nilai kamu waktu semester 1,2,3, dan 4 tak ada yang error kan..???" Langsung ku jawab : "Iyya kak, alhamdulillah tak ada". (Sebenarnya tidak pake cara bicara seperti itu yah, cuma di modifikasi saja supaya tidak kelihatan logatnya.. hehehe...). Dia bilang lagi, "Bagus kalau begitu dek, jangan sampai ada yang error yah..?? Soalnya kalau sudah seperti saya ini, semuanya bakal jadi rumit." Katanya dengan penuh keyakinan.


Saya cuma memperhatikan perkataan senior itu, tak ku balas perkataannya, karena takut kalau nanti saya salah ngomong dan dia tersinggung dengan perkataanku. Namun, setelah mendengar perkataan itu saya langsung jadi waspada terhadap mata kuliah di semester 5 ini. apalagi ia menambahkan. "Di semester 5 ini dek, semuanya bakal jadi tidak menentu alias GALAU. Teman-teman sudah semakin banyak kita kenal, kegiatan sudah banyak kita ikuti, belum lagi kalau kita juga menjadi anggota pengurus di jurusan atau di fakultas, semuanya jadi sulit. Kita semakin susah mengatur waktu antara menerima ajakan teman-teman, mengerjakan tugas kampus, mengikuti kegiatan, membantu keluarga di rumah (Bagi yang tinggal bersama keluarga), memikirkan masalah cinta (suiitt.. suitt)  serta mengurus hal-hal lainnya yang tidak boleh kita tinggalkan. Pesan saya dek, untuk semester V ini kamu tak usah dulu mendahulukan kegiatan-kegiatan yang kurang manfaatnya bagi kuliah kamu. Dahulukan dulu lah kuliahmu. Saya bukan menasehati kamu yah, tapi saya cuma berbagi pengalaman tentang yang pernah kualami dulu." Senior itupun mengakhiri pembicaraannya sambil pergi menjauh dari arahku.

Wahhh... "Memang segitu Galaunya yah, ketika semester V ini....??? "pikirku dalam hati".
Namun, pesan dari senior tadi betul-betul masuk akal dan berarti sekali dalam diriku. Makasih Senior (atau di panggil kanda yah.. Upss.. terserah deh..).


Yang jelas, setelah lebih dari dua bulan menjalani semester V ini, rasanya begitu sunyi. Hari-hari ku jalani serasa membosankan. Berbeda dengan semester-semester sebelumnya. Ketika baru mendapatkan teman-teman yang baru, beradaptasi dengan suasana kampus yang baru dan sebagainya lah.

Semester V ini, kegiatanku itu-itu saja. Pagi bangun kesiangan, pergi ke kampus telat, pulang sebelum dzuhur langsung buka laptop, nge blog, facebookan, twitteran dan sebagainya, abis dzuhur ada panggilan untuk makan siang, setelah itu lanjut lagi internetannya selama 2 jam, kemudian tidur siang bangun ketika hampir maghrib, trus buru-buru sholat ashar dan lanjut lagi internetannya sampai jam 11 malam dan akhirnya tidur lagi deh.

Selama semester V ini, rasanya tak ada yang spesial. Paling-paling yang spesial, kalau ada junior yang mau kenal sama kita (hehehe... itupun kalau ada). Tapi yang jelas, semester V ini harus kita lewati dengan mempersiapkan semuanya, melengkapi semua dan yang lebih penting harus lebih serius lagi menghadapi keGALAUAN ini...!!!

Sukses Yah bagi teman-teman sekalian. Bagi yang masih semester-semester awal, perjalanan kalian masih panjang, kalian masih punya banyak waktu untuk memperbaiki semuanya.

Untuk yang sedang menjalani semester 5 seperti saya, Semangat saja, semester 5 ini akan lewat dengan cepat kok, tapi jangan lewat begitu saja yah, harus disertai perjuangan yang maksimal.

Dan terakhir buat yang sedang menjalani masa-masa sulit untuk memperjuangkan skripsinya, Jangan menyerah.... Semangat menjalani semua ini. Saya tidak bisa memberi nasehat buat mahasiswa akhir, saya cuma do'akan kalian agar segera mendapatkan gelar sarjana kalian. Semangat.

Sekian....!!!